WANG LUNG

(Si Anak Petani)

Akulah Wang Lung si anak petani,
lahir di tanah berbatu-batu,
besar dengan todongan senjata serdadu.

Akulah Wang Lung si anak petani,
bagiku tanah itu amanah,
kujaga selalu, ladang dan sawah.

Akulah Wang Lung si anak petani,
lahir lalu ditinggal mati,
tinggal ayah temanku berbagi,
berbagi lapar saat tanah-tanah kering,
berbagi teh yang hanya setahun sekali,
bila lebih dari sekali, ayah akan berdiri dan memaki,
cukuplah air putih, minum teh seperti minum perak,
cukuplah setahun sekali.

Akulah Wang Lung si anak petani,
menikah, punya anak, lalu ditinggal mati,
mati terhianati,
O-lan mati kuhianati.

Akulah Wang Lung si anak petani,
kaya dari tanah, tanah yang tak terhampar mati.
Banyak lahir tunas-tunas baru, dan panen melimpah selalu,
panen berpadu membeli tanah baru,
tanah gembur dan lebih subur.

Akulah Wang Lung si anak petani,
O-lan istriku yang pertama, yang setia hingga ia mati.
Bukan mati perih melahirkan anak sendirian, seperti kucing, seperti anjing.
Ia mati, mati akibat kecewa, istriku jadi dua.
Lotus, Lotus istriku yang kedua.

Akulah Wang Lung si anak petani,
Lotus istriku, kepadanya aku selalu birahi,
kugauli tiap hari.

Akulah Wang Lung si anak petani,
di usia tujuh puluh muncul lagi birahi,
pada Pear Blossom aku kembali birahi,
aku menikmati.

Akulah Wang Lung si anak petani,
yang mati bukan karena tiga istri,
mati karena kecewa,
kecewa pada kedua putra,
tega hati menjual tanah,
selangkah demi selangkah.

Akulah Wang Lung si anak petani,
mati di tanah, mengepal segenggam tanah.
Akulah Wang Lung si anak petani, ini pesan terakhirku,
sebuah keluarga akan habis riwayatnya,
kalau mereka sudah mulai menjual tanah-tanahnya.

8 Mei 2011

Note:
Terinspirasi novel:
THE GOOD EARTH (Pearls Buck)