(Sebuah Puisi Tumbuh)
Kamilah itu Batak anak - beranak,
empunya gunung Pusuk Buhit,
Danau Toba dan Pulau Samosir.
Kami itu Batak anak - beranak,
lahir di pokok beringin,
besar di padang rumput dan ilalang,
menyusu pada angin malam,
berayun berkejaran di pohon-pohon hutan perawan.
Kami itu Batak anak - beranak,
kenyang asap kemenyan dan gumpal kapur Barus,
otot-otot kami pejal menarik lilitan rotan berratus.
Dan nafas kami beruap daun-daun nilam panas.
Kami itu Batak anak - beranak,
Nyali kami besar melompat dari dahan,
menyebur ke sungai-sungai berarus deras,
kaki kami kuat menjangkau gunung-gunung berisi emas,
kulit kami legam, kuat menahan panas.
Kami itu Batak anak - beranak,
tak gentar menjejak pulau Jawa,
berkerabat menuju Papua.
Kami itu Batak anak - beranak,
tak ragu di Eropa, tak layu di Amerika.
Belanda, Jerman, Inggris, di situ kami ada,
Kanada, Amerika Serikat, Brazil pun kami berada.
Kami itu Batak anak - beranak,
malu jadi pengacara penjilat pantat,
malu jadi ngengat uang rakyat,
malu jadi sekumpulan jaksa bangsat.
Kami itu Batak anak - beranak,
Batak-Batak beradat.
Kami itu Batak anak - beranak,
Batak yang tak lekang oleh jaman,
tak gugur oleh karat.
Kami itu Batak anak - beranak,
hidup di tanah sendiri,
makan dengan tangan sendiri,
takkan mengemis menghina diri.
Kami itu Batak anak - beranak.
larut pada tradisi dan modernitas,
maju dan berkarya gigih,
kampung kita tetap disitu dan ompung kita tetap disembah sirih.
(Annette Horschmann-Jerman-Samosir)
Kami itu Batak anak-beranak,
menjadi Indonesia tak berhenti sebagai Batak.
(Chris Poerba-Jakarta)
Kami itu Batak anak-beranak,
bangga jadi orang Batak,
bangga berbahasa Batak,
selamanya kami orang merdeka dan pantang menyerah kalah.
(Franky Tobing-Rusia-Pakkat)
Kami Batak anak- beranak,
memacu keringat mengejar hasrat,
memapah desah dan menggenggam langit,
tak jua kami hilang pertanda.
Kami Batak anak - beranak,
setia adat dan mangembas tortor,
di keheningan kami bergumam,
kami Batak Anak-Beranak.
(Hotpangidoan Panjaitan - Narumonda)
Kami Batak anak-beranak,
Tak canggung mencumbui hutan gunung penjurui nusantara,
bercengkerama dengan segenap anak alam negeri,
bersahabat, berbudaya dan berprinsip seperti leluhurnya dimanapun, ya… itulah bangsa Batak.
(Tommy M J Sihotang - Jakarta - Pakkat)
Kami Batak anak - beranak,
tak gentar mengarungi samudera,
menjelajah hutan belantara nusantara.
Kami Batak anak-beranak,
Negeri mana yang tak kami diami,
... Afrika sekalipun sudah kami datangi.
Kami Batak anak-beranak,
bangga jadi suku batak,
menjaga tradisi dan warisan leluhur.
(Yanthy Gultom - Jakarta - Muara)
Kami itu Batak anak-beranak,
suara keras tapi hati lembut,
hati romantis meski wajah keras,
keras menentang kaum penjilat,
keras mengutuk rasisme-terorisme
(Momento Sihombing-Lintongnihuta-Jakarta)
Kami doli - doli Batak,
berjiwa modern tapi TETAP menghargai adat istiadat.
Lingkungan, bahasa, dan Danau Toba kami jaga dengan jiwa,
pun Bona Ni Pinasa.
(Rudy Leonardo Hutabarat)
Kami itu Batak anak-beranak,
pecinta kedamaian pemuja kebenaran.
Hitam putih prinsip kami tidak ada abu-abu,
sekali kami melangkah titik balikpun menjauh,
jadi pemandu ulung bukan pemimpin semu.
(Juni Erl Simanungkalit)
Kami itu Batak anak - beranak,
menjejak Borneo mencetak prestasi,
mendulang Emas Hitam majukan Pertiwi,
tak permainkan kejujuran untuk mengejar kemakmuran.
(Ny. Silaban Br. Manurung)
Kami halak Batak,
Sering dijuluki batak sesat,
karena tak paham bahasa Batak,
karena tak terlalu mengerti budaya batak,
tapi bila kami ditanya, akan selalu kami jawab,
kami ini orang Batak,
dan selalu bangga menjadi Batak.
(Bundanya Radithya)
Kami itu Batak anak - beranak,
bertutur jujur,
berjiwa luhur,
berbakti tak terukur.
(Tiur Gultom)
Kami Batak anak - beranak,
penjujung teguh dalihan na tolu,
berjunjungan Ompu Mula Jadi Nabolon,
berkarakter kuat, berpedoman teguh,
tiada menyerah, walau bahaya mengancam nyawa.
Satu pesanku kawan,
jangan lupakan kata Horas dan Tano Batak
(Parulian sihombing - Bahal batu - Siborong borong)
Kami Batak anak beranak,
yang selalu gigih berkarya dan penuh tanggung jawab.
Bila terlanjur jadi penjilat,
Ia sampah, sampahnya Batak.
Kami batak anak beranak,
sampai kapanpun ada marga dibelakang nama kami.
(Sindak Sihombing)
Kami batak anak beranak,
muak pantang sobilak.
(Bang Bas)
Kami itu Batak anak-beranak,
yang berhati mulia, berjiwa satria,
yang siap memimpin namun tetap tunduk pada Sang Pemimpin,
karna kami itu Batak anak-beranak,
terlahir jadi anak Raja,
matipun tetap anak Raja.
(S.P. Sihombing, Bandung-Lintong ni Huta)
Kami Batak anak - beranak,
yang cinta NKRI tapi tetap bangga dengan jatidiri,
yang tak takut dianggap picik karena membela kaumku sendiri,
yang tak membodohi kaumku sendiri hanya untuk menggapai ambisi pribadi.
Kami Batak anak-beranak,
yang tidak saja bangga dengan marga yang kami sandang,
tetapi menjaga kehormatan budaya nenek moyang,
yang hampir punah ditelan jaman.
(Hotasi Simamora-Jakarta-Dolok Sanggul)
Kami Batak anak beranak,
dari Pusuk Buhit leluhur menapak,
menjelajah benua menebar hasrat,
kampung halaman tetap diingat.
Kami Batak anak beranak,
setia adat titian pengikat,
gondang dan ulos identitas melekat,
rentak irama bergerak serempak.
(Monang Naipospos - Laguboti)
........................................................
........................................................
........................................................
Note:
Silahkan meneruskan bait-bait puisi ini!
Kita berkolaborasi membuat puisi tumbuh, tapi saya punya hak untuk mengedit ya. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar