CANGKIR KOPI

Elisabeth,
aku ingin bercerita padamu,
tentang cangkir kopi di jarimu itu,
menyimpan sejarah hidupku.

Berabad lalu,
moyangku dari benua utara,
menyeberang samudera raya,
mendayung dengan bilah-bilah kayu,
tangan mereka berdarah-darah.

Dari selat Malaka merambah rimba raya,
mengikuti air bermuara.
Sampai suatu sore bermata jingga,
mereka tiba di bukit ini,
tempat kita berdiri ini,
dekat tungku kita membuat kopi tadi.
Di situ juga mereka membuat kopi,
melewati hari pertama,
memilih menetap di sini,
sampai padaku.

Cangkir yang kau pegang itu,
milik istri moyangku,
dipakai minum kopi di sore jingga,
cangkir motif mata dewa menatap alam raya,
semoga kau suka.

9 Maret 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar